BIOGRAFI VETERAN
Nama :
Ngadimin Darmo Suparto
Tempat,tanggal,lahir :
Klaten,1 Juni 1929
Alamat :
Berangkidul RT 17/RW 08 Kupang, Karangdowo
Pendidikan terakhir :
SMP
Agama :
Islam
Istri :
Harini (67 tahun)
BIOGRAFI PETANI DI KARANGDOWO
Nama : Ny Surip
Tempat,tanggal,lahir : Klaten, 8 Maret 1940
Alamat : Pugeran RT
03/RW 05 Pugeran, Karangdowo
Pendidikan : -
Agama : Islam
Biografi
singkat narasumber:
Yang menjadi
narasumber dalam penelitian sejarah lisan ini merupakan veteran dan saksi sejarah yang telah
mengalami peristiwa, mulai dari masa Kolonial, masa pendudukan Jepang, masa
Republik hingga masa kini. Nama lengkap dari narasumber adalah
Ngadimin Darmo Suparto atau Mbah Min panggilan akrabnya, adalah salah satu orang yang
mempunyai andil besar dalam cerita perjuangan bangsa khususnya di wilayah
Karangdowo, Klaten. Lahir di Klaten 85 tahun yang lalu, istrinya bernama Harini
(67 tahun) dan mempunyai 5 putra. Beliau adalah seorang yang terampil dan ulet
dalam menggeluti pekerjaannya. Lulus SMP namun tidak dapat melanjutkan
sekolahnya karena keterbatasan biaya dan situasi Negara yang tidak kondusif
semasa itu.
Bapak
Ngadimin beserta istrinya begitu gamblang
menjelaskan tentang kehidupan masyarakat petani pada masa Orde Baru. Dimulai
dari anekdot arti nama Presiden Soekarno dan Soeharto yang menjadi pembeda masa
pemerintahan keduanya. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang dirasakan
oleh rakyat khususnya rakyat yang ada di kecamatan Karangdowo, kabupaten
Klaten. Pekerjaan beliau pada saat itu ialah sebagai kernet yang tugasnya
mengantar para pejuang.
Saat ini beliau masih sangat sehat dan masih begitu ingat
beberapa peristiwa sejarah yang dialaminya, walaupun tidak lagi runtut dalam
menceritakan kejadian-kejadian tersebut. Bahkan kakek yang berumur 85 tahun ini
masih kuat untuk menggarap sawahnya sendiri. Di usia
yang sudah tidak begitu muda ini semangat beliau belum habis bahkan masih
terbilang berapi-api.
Selain
narasumber dari di atas kami juga menanyakan narasumber seorang petani yang
merupakan nenek dari peneliti yaitu Heri Muladi. Nenek Heri menjadi narasumber
kami dikarenakan salah satu istri pelaku pertanian. Sehingga dia sedikit
mengetahui kehidupan masyrakat petani di petani di Karangdowo. Nama lengkap
dari narasumber perempuan ini adalah Ny.Surip. Di rumah biasa dipanggil dengan
Mbah Surip. Nenek yang lahir pada 74 tahun silam ini tidak bisa pisah dengan
yang namanya “nginang”. Beliau adalah seorang petani pada masa orde baru yang
saat ini masih hidup. Beliau sudah ditinggalkan suaminya saat beliau berumur 50
tahun. Beliau memiliki 2 anak semuanya laki-laki. Saat ini beliau hidup bersama
anaknya yang bernama Kuato dia sudah beristri dan mempunyai 2 anak. Beliau pada
saat itu tidak bersekolah karena terkendala biaya. Sampai saat inipun beliau
masih sehat, tetapi matanya yang kiri sudah tidak dapat melihat karena sakit
(katarak). Ingatan beliau juga sudah kurang tajam, tidak seperti dahulu lagi.
Saat beliau menjelaskan tentang gambaran kehidupan petani saat orde baru pun
beliau sudah agak sedikit lupa, Setiap ada musim panen Mbah Surip ini selalu
“derep” atau membantu ketika memetik padi dengan imbalan berupa padi itu. Sampai saat inipun beliau juga masih kuat
untuk pergi ke sawah walaupun jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
Mengetahui
Kehidupan Petani Pada Masa Orde Baru di Kec. Karangdowo, Kab. Klaten
Wilayah Karangdowo sendiri sebagian besar berupa areal
persawahan. Setiap tahunnya ada musim panen selama 3 kali atau setahun 3 kali
garap sawahnya. Rata-rata petani di Karangdowo sendiri pada umumnya menanam
padi, tapi tidak jarang juga ada tebu. Sedangkan waktu musim kemarau ditanami
palawija yaitu seperti kedelai, kacang brol (kacang tanah), kacang hijau, dan
jagung. Setiap akan datangnya musim panen padi, masyarakat Karangdowo sendiri selalu
mengadakan “wiwitan” wiwitan itu adalah semacam tradisi turun temurun yang ada
di Karangdowo yaitu wujud syukur akan hasil panen yang telah dicapai. Wiwitan
itu berupa nasi yang alasnya menggunakan daun pisang dan dilengkapi dengan
bunga mawar, buah hasil bumi, sambel kelapa yaitu parutan kelapa serta “gereh”
atau ikan asin. Kemudian dibagikan kepada setiap petani yang berada di sekitar
sawahnya. Untuk sistim irigasinya berasal dari bendungan kali dan Waduk Gajah
Mungkur. Di bagian irigasi ini ada kelompok yang mengurusinya yaitu Dharmo
tirto. Biasanya sistim irigasi ini berjalan saat masuk musim kemarau, karena
pada saat musim penghujan airnya sangat melimpah bahkan terkadang areal
persawahannya kerap mengalami kebanjiran. Tapi semenjak adanya Waduk Gajah
Mungkur yang berada di Wonogiri itu, sedikit demi sedikit banjir yang kerap
menggenangi areal persawahan warga itu mengalami penurunan yang signifikan.
Wilayah Karangdowo terletak
di dataran rendah yang memiliki luas
wilayah 29,23 km dengan jumlah penduduk 40.923 serta memiliki kepadatan 1.400
per km². Sebelah
selatan Karangdowo berbatasan dengan Cawas, untuk sebelah timur langsung
berbatasan dengan Sukoharjo, kemudian di sebelah barat berbatasan dengan Pedan,
sedangkan bagian utara berbatasan dengan Juwiring. Kecamatan Karangdowo
memiliki 9 Desa atau Kelurahan antara lain:
- Babadan
- Bakungan
- Bulusan
- Demangan
- Karangdowo
- Karangjoho
- Karangtalun
- Karangwungu
- Kupang
- Munggung
- Ngolodono
- Pugeran
- Ringinputih
- Sentono
- Soka
- Tambak
- Tegalampel
- Tulas
- Tumpukan
Dilihat dari kondisi geografisnya wilayah Karangdowo
sangat berpotensi akan pertaniannya. Dan hampir semuanya ditanami padi. Namun,
disamping itu ekosistem pada lahan pertanian sudah tidak seimbang
lagi di mana satu atau beberapa
rantai/jaring makanan yang
ada dalam ekosistem putus/hilang. Hal ini akibat dari pengelola lahan pertanian yang kurang memerhatikan
aspek lingkungan, sehingga
beberapa
hewan pemakan hama yang berperan menekan perkembangan hama secara alami habis. Hal itu menjadikan adanya peningkatan
populasi hama. Tindakan yang
kurang
bijaksana tersebut misalnya pemakaian pestisida yang berlebihan serta pemburuan terhadap musuh alami, seperti ular, katak,
burung dan lain-lain.
Upaya yang dilakukan pemkab
Klaten dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pertanian di Klaten. Pemkab mengambil
langkah antara lain memperluas
area
garapan pertanian misalnya, pemanfaatan lahan tidur atau lahan yang berpotensi. Meningkatkan kesediaan air melalui penyempurnaan
jaringan irigasi. Selain itu juga
pengamanan
produksi dengan penerapan pola tanam serentak dan meningkatkan intensitas tanam. Mengamankan produksi. Perbaikan dalam pembangunan bidang pertanian
sudah dilakukan pemerintahan pada masa pemerintahan orde baru. Pada saat
sekarang ini pemerintah reformasi hanya meneruskan pemabangunan. Terlepas keadaan pertanianan di Karangdowo pada
sekarang ini, kami ingin meneliti bagaimana kehidupan petani di Kecamatan
Karangdowo pada jaman Orde Baru yang dengan adanya “Revolusi Hijau” saat
pemerintahan Soeharto.
Pemiliihan tema
ini dilatar belakangi oleh beberpa hal selain tempatnya yang merupakan daerah
sendiri tetapi juga dikarenakan melihat gambar mantan Presiden Soeharto dengan
tulisan berbahasa jawa “Piye, Enak
Jamanku Tho!!!” artinya bagaimna, enak jaman saya kan!!. berdasarkan gambar
dan tulisan inilah yang membuat kami penasaran tentang kehidupan pada masa orde
baru terutamnaya di derah Klaten.
Terutamnaya yang berkaitan denagan adanya kebijakan di pertanian yaitu adanya “Revolusi
Hijau” tadi. Hal inilah membuat kami melakukan penelitian
sejarah lisan kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten ini. Dalam penelitian
dengan metode wawancara atau metode sejarah lisan ini tidak membahas tentang kehidupan masyarakat
petani di kec. Karangdowo kab. Klaten pada masa orde baru.
A. Bagian
pertama
Revolusi
Hijau dan Industrialisi bagi Masyarakat Di sekitar Kecamatan Karangdowo pada Masa Orde Baru
Pada jaman Orde Baru banyak orang
menganggap jaman yang kelam karena kebebasan
dirampas oleh rezim penguasa. Hal ini tidak bisa dipungkiri dalam
realita banyak terkuak bukti-bukti sejarah baru ditemukan tentang penyelewengan
sejarah menyembunyikan kebenaran sejarah. Sejarah versi pemerintah banyak lahir
pada zaman ini, dengan pemutaran film Janur Kuning memperkuat legitimasi
penguasa Orde Baru. Namun pada sekarang ini banyak yang menentangan
tentang sejarah versi pemerintah. Selain
para korban maupun para exs anggota PKI
yang menentang juga para sejarawan. Para
anggota dan keturunan mantan anggota PKI tidak diperboleh menjadi pegawai
pemerintah pada masa orde baru yaitu pada jaman menteri Amir Mahmud. Bagi ingin
mendaftar menjadi pegawai pemerintah harus menyertakan keterangan bebas dari
PKI. Dalam penelitian dengan metode wawancara atau metode sejarah lisan ini
tidak membahas tentang pergolakan
tentang PKI melainkan membahas tentang kehidupan masyarakat
petani di kecamatan
Karangdowo kabupaten
Klaten pada masa orde baru.
Pembukaan
pembahasan dengan mengartikan nama dari
penguasa yaitu presiden Soekarno dan Soeharto.yang dilakukan narasumber bapak Ngadimin
Darmo Suparto (85
tahun). Bapak Ngadimin Darmo Suparto mengartikan nama para
Presiden yang menjadi pembeda antara pemerintahan masa orde lama dengan orde
baru. Arti nama yang diungkapkan narasumber jaman Soekarno merupakan jaman sukar
(sulit = dalam bahasa jawa angel),
namun dalam masa Soeharto atau jaman
orde baru dianggap sebagai jaman harto/arto=
(bahasa jawa = uang/kekayaan). Kebijakan
mengenai pertanian pada masa presiden Soekarno belum mampu meningkatkan
produksi pertanian. Hal ini di karenakan pada masa Soekarno diselimuti masa
perjuangan dan kehidupan masyarakat belum stabil. Kemudian ketika pemerintahan
digantikan Presiden Soeharto, peningkatan produksi pertanian menjadi salah satu
tujuan utama dengan program revolusi hijau. Dengan kebijakan Revolusi Hijau inilah, pertanian di kecamatan Karangdowo
kabupaten Klaten mendapatkan dampak yang dapat di rasakan secara nyata.
Pada jaman
pemerintahan Soeharto banyak terjadi pembangunan di daerah-daerah, tidak
kecuali di kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten. Menurut narasumber Ny Surip,
pemerintahan presiden Soeharto banyak melakukan pembangunan. Diperkuat dengan
narasumber Istri Ngadimin
Darmo Suparto, yaitu Harini (67 tahun). Pemerintahan orde inilah terjadinya pembangunan dan
penyaluran aliran listrik di daerah Karangdowo, selain listrik di Karangdowo
juga terjadi pembangunan jalan-jalan dan irigasi. Dalam bidang pertanian yang
menjadi prioritas atau tujuan utama pemerintahan orde baru dengan pengunaan
kebijakan revolusi
hijaunya banyak
memberi bantuan pertanian dengan subsidi pupuk dan pestisida serta bibit unggul kapada masyarakat petani.
Menilik sedikit tentang
adanya program “Revolusi Hijau”. Revolusi Hijau di
Indonesia di mulai sejak berlakunya UU Agraria pada tahun 1870 yang dikeluarkan
oleh pemerintah kolonial Belanda,
sehingga di Indonesia dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman. Dalam
perkembangan kemudian , pada masa Orde Baru, program Revolusi Hijau digunakan sebagai
salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, terutama produksi beras.
Revolusi Hijau ini dilaksanakan sebagai secara sistematis, terprogram, dan terus-menerus sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan Indonesia mampu
meningkatkan swasembada pangan yaitu penghasil beras sehingga Presiden Soeharto
mendapat penghargaan Nobel (Mustopo, Habib. 2006:167-169).
Usaha yang dilakukan pemerintah Orde
Baru untuk meninggatkan swaembada pangan nasional yaitu,
a.
Program Bimbingan Massal (Bimas) untuk meningkatkan
produksi beras.
Ø Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama
Panca Usaha Tani yang
meliputi :
a. Pemilihan Bibit Unggul
b. Pengolahan
Tanah yang baik
c. Pemupukan
d. Irigasi
e. Pemberantasan Hama
.
Ø Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian,
yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan
lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat
ditanami, membuka hutan, dsb).
Ø Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman
pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan
karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah
penurunan pendapatan para petani.
Ø Rehabilitasi Pertanian
Merupakan usaha pemulihan
produktivitas sumber daya pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi
lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan
makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan
Program-program
di atas dikembangkan melalui intensifikasi pertanian, yaitu upaya peningkatan
produksi per unit dan eksensifikasi, yaitu upaya perluasan areal pertanian. Revolusi Hijau di Indonesia
diformulasikan dalam konsep Pancausaha Tani dan Saptausaha Tani.
Pancausaha Tani mamiliki
langkah-langkah yaitu:
a. Pemilihan dan penggunaan bibit
unggul atau varietas unggul.
b. Pempukukan yang teratur.
c.
Pengairan
yang cukup.
d. Pemberantasan hama secara intensif.
e. Teknik penanaman yang lebih teratur.
Untuk meningkatkan produksi pangan dan
produksi pertanian umumnya dilakuan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai
berikut:
a. Intensifikasi pertanian : usaha
meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan panca usaha tani.
b. Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan
produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan
dan penanaman rumput untuk makanan tenak.
c. Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
keanekaragaman usaha tani.
d. Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan
produksi pertanian dengan pemuliha kemampuann daya produktivitas sumber daya
pertanian yang sudah kritis.
Sedangkan
Saptasausaha
Tani memiliki langkah-langkah serupa Pancausaha Tani ditambah pengolahan dan
penjualan pascapanen.
Revolusi Hijau di Indonesia memiliki
beberapa keuntungan dan kelemahan bagi masyarakat Indonesia yaitu,
a.
Keuntungan:
1)
Masalah pangan nasional teratasi.
2)
Menenal aneka jenis tanaman.
3)
Ditemukan bibit unggul.
4)
Keseejahteraan petani makin baik.
5)
Pendapatan petani meningkat.
b. Kelemahan:
1) Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
pengunaan pupuk buatan dan pestisida hijau secara berlebihan.
2)
Berkurangnya keanekaragaman genetika jenis
tanaman tertentu.
3)
Kemampuan daya produksi tanah makin turun.
4)
Timbul urbanisasi.
5)
Pencemaran tanah.
Adapun usaha yang dilakukan
pemerintah Orde Baru untuk membatasi kelemahan di atas adalah dengan cara,
1) Membasmi serangga dan hama tanaman
secara biologi.
2) Menggunakan pupuk buatan, yaitu pupuk kandang
dan pupuk hijau.
3) Menerapkan sistem rotasi tanam, yaitu menanam
tanaman secara bergantian.
B. Bagian Ke Dua
Dampak
Revolusi Hijau dan Industrialisi bagi Masyarakat Di sekitar Kecamatan Karangdowo
pada Masa Orde Baru
Kebijakan modernisasi pertanian di
Indonesia pada masa Orde Baru, yang sering dikenal dengan sebutan Revolusi
Hijau merupakan proses memodernisasikan pertanian gaya lama menjadi pertanian gaya modern dengan melakukan
pengembangan bibit unggul jenis IR dari IRRI. Bibit-bibit
unggul ini diberikan dengan harga murah dan juga ada yang gratis. Hal ini telah mengubah pola
pertanian subsistensi menuju pertanian berbasis kapital dan komersial. Untuk
mendukung komersial tersebut, dilakukan dengan cara pembangunan sistam ekonomi
modern, pembangunan pabrik pupuk nasional, dan pendirian Koperasi Unit Desa
(KUD). Pelaksanaan Revolusi Hijau dan industrialisasi di Indonesia memberikan
dampak positif dan negatif yaitu,
a.
Dampak Positif
1)
Lapangan pekerjaan, khususnya pertanian lebih
terbuka.
2)
Lahan pertanian menjadi luas.
3) Pendapatan para petani mengalami peningkatan,
tercapainya efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan pertanian.
4)
Peningkatan kualitas hasil pertanian.
5)
Peningkatan kualitas hasil produksi dan
penjualan hasil pertanian.
6) Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri
menjadi terpenuhi.
7) Sektor
pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama
terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha
ke sektor agrobisnis.
8) Indonesia
berhasil mencapai swasembada beras.
b. Dampak
Negatif
1) Munculnya kesenjangan sosial antara petani
kaya dan miskin akibat perbedaan ekonomi.
2)
Sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan
masyarakat mulai memudar.
3)
Masyarakat memiliki budaya industri yang
berupa budaya konsumtif.
4) Munculnya kesengajaan ekonomi yang nampak
dari adanya kemiskinan, kemelaratan, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan
kenakalan remaja.
5)
Pencemaran lingkungan yang tinggi.
6) Penggunaan
pupuk buatan dan pestisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan pertanian
menjadi tidak subur lagi.
7) Berkurangnya
keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh penyeragaman
jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.
8) Adanya
mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi
terpinggirkan.
9) Hasil
panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan.
10) Munculah
komersialisasi produksi pertanian
C.
Bagian Ke Tiga
Kehidupan
Petani Pada Masa Orde Baru Di Kec.
Karangdowo, Kab. Klaten
Revolusi Hijau bahkan telah mengubah
secara drastis hakekat petani. Dalam sejarah peradaban manusia, petani bekerja
mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan potensi alam untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Petani merupakan komunitas mandiri. Dapat dipastikan bahwa Revolusi Hijau hanya
menguntungkan para produsen pupuk, pestisida, benih, serta petani bermodal
kuat. Revolusi Hijau memang membuat hasil produksi pertanian meningkat, yang
dijadikan tolak ukur sebagai salah satu keberhasilan Orde Baru. Namun, di balik
itu semua, ada penderitaan kaum petani. Belum lagi kerusakan sistem ekologi
pertanian yang kerugiannya tidak dapat dinilai dengan uang. Mitos akan kehebatan Revolusi Hijau lahir karena
ditopang oleh teknologi yang dikembangkan dari sistem ilmu pengetahuan modern,
mulai dari genetika sampai kimia terapan.
Pembangunan yang
dilakukan pemerintah Orde Baru tidak hanya itu, tetapi juga pembanguanan
prasarna pertanian yaitu dengan pembangunan saluran irigasi dan pembangunan
waduk-waduk. Pada wilayah kecamatan Karangdowo juga merasakan pembanguan
saluran irigasi dan waduk adalah dibangunya waduk gajah mungkur yang berada di
kabupaten Wonogiri. Aliran dari waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri juga
sampai ke lahan pertanian kecamatan Karangdowo. Waduk inilah yang menjadi salah
satu sumber air pertanian yang ada di Karangdowo. Dengan terdapatnya suplai
sumber air dari waduk Gajah Wungkur wilayah pertanian di kecamatan Karangdowo
menjadikan lahan pertanian yang lebih produktif, karena pertanian tercukupi
kebutuhan airnya. Kehidupan para petani pada masa itu lebih sejahtera dampak yang diakibatkan
pengunaan pupuk kimia belum dirasakan oleh para petani.
Pada
pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang berada di Wonogiri juga mengunakan tenaga
proyek dari masyarakat kecamatan Karangdowo. Perekrutan tenaga pembangunan umum
yang dilakukan pemerintah dengan
pembangunan waduk dan saluran irigasi memperlihatkan bentuk kibijakan
padat karya yang dilakukan pemerintah.
Kehidupan masyarakat dengan adanya padat karya ini lebih sejahtera karena
mendapatkan pekerjaan dengan mudah dengan mengikuti program pemerintah ini.
Masyarakat kecamatan Karangdowo
benar-benar merasakan dampak dari pembangunan waduk dari proses pembangunan
sampai setelaah pembangunanya hingga sekarang. Dalam peresmian waduk Gajah
Mungkur, Soeharto sendiri yang merismikan dengan menampilakan pertunjukan
kesenian wayang kulit dengan dalang Ki Narto Sabdo. Kedekatan Soeharto dengan
rakyat diperlihatkan pada masa itu. Sampai saat ini pada masyarakat yang
mendapatkan dampak baik dari kebijakan presiden Soeharto masih mengagung-agungkan namanya.
Kehidupan para petani pada
masa itu lebih sejahtera dampak yang diakibatkan pengunaan pupuk kimia belum
dirasakan oleh para petani. Kesejahteraan ini dikarenakan oleh hasil prouktifitas
pertanian yang meningkat namun juga dikarenakan oleh adanya sitem padat karya
tadi. Menurut Ngadimin
Darmo Suparto (86 tahun) kehidupanya nyaman, petani hanya bekerja
ke lahan pertanian, istirahat pulang kerumah dan begitu keseharianya. Masalah
pemerintahan pusat sebagian besar masyarakt Karangdowo tidak mengetahui, yang
diketahui hanyalah kebutuhan mengarap sawah yang di milikinya. Perhatian
pemerintah Orde Baru dalam bidang sangat besar dalam bidang pertanian yang
mayoritas kalangan rakyat bawah, menjadikan gejolak di rakyat bawah tidak ada.
Kehidupan
Masyarakat kecamatan karangdowo yang mayoritas adalah petani pada masa Orde
Baru dengan banyaknya kebijakan dalam bidang pertanian mendapatkan manfaat yang
sangat besar. Produksi pertanian di masa orde baru meningkat, dengan
tercukupinya kebutuhan pertanian, (pupuk, pestisida, dan bibit unggul) serta
perbaikan irigasi. Kesejahteraan masyarakat pada masa Orde Baru dapat dirasakan
dengan nyata, yaitu mudahnya mendaapatkan pekerjaan dengan kebijakan padat karya.
Secara umum masyarakat petani kecamatan
Karangdowo kabupaten
Klaten pada masa Orde Baru, menurut narasumber kehidupanya lebih sejahtera. Meskipun begitu dampak negatifnya tetap ada dengan
pengunaan pupuk kimia menghilangkan unsur hara dalam tanah.
LAMPIRAN
31
Mei 2014 Brangkidul RT 17/RW 08 Kupang, Karangdowo
Bapak Ngadimin Darmo Suparto(kiri) dan Ibu
Harini(kanan)
Wawancara dengan narasumber 31
Mei 2014
Ny. Surip talah salah satu petani era orde baru