Friday, March 4, 2016



Heri Muladi (3101412147) 6B

FEATURE.,.
Perjalanan Eksotis Ke Curug Bayat
Hawa sejuk menyambut kedatangan aku beserta rombongan temanku di Bayat, setelah melalui perjalanan kurang lebih hampir satu jam. Perjalanan ku beserta temanku dalam rangka sekedar jalan-jalan saja liburan. Kebetulan kuliah sedang libur, jadi aku bisa ikut main bareng teman-temanku. Lumayan, sambil refreshing.
Pertama kali tiba di Bayat, aku terpukau akan keindahan curug nya. Curug kalo dalam bahasa indonesia itu adalah air terjun. Nah, selama perjalanan tadi pas waktu masuk daerah bayat itu rasanya masih asri banget dengan suguhan pohon-pohon yang masih rindang. Tidak heran jika banyak wisatawan lokal yang datang kesini untuk sekedar refreshing. Disamping itu tiket masuknya pun juga tergolong murah karena hanya 2000 per orang. Untuk sampai di Curugnya itu harus jalan kaki dulu sekitar 5menitan dan jalanya pun medannya masih sulit untuk dilalui dan harus hati-hati karena jalanya hanya tanah bukan aspal. Pas saya kesitu pun pas musim ujan jadi jalannya licin harus ekstra hati-hati karena kalo gak hati-hati bisa kepleset jatuh. Dan jalannya itu juga sempit juga berbatu, pokoknya harus ekstra hati-hati. Nah, setelah beberapa menit perjalanan ke curugnya akhirnya sampai pada tempat tujuan utamanya yaitu Curug yang begitu eksotis dengan tiga cabang airnya yang mengalir begitu deras dengan aroma hawa yang sejuk nan eksotis. Disamping kemolekan dari Curug ini pun pemandangan disekitar curug ini begitu memukau karena masih begitu asri bentang alamnya, membuat aku semakin betah disini saja dan mengurungkan niat untuk pulang. Selain sebagai objek wisata, Curug Bayat ini juga sering digunakan untuk Olahraga Panjat Tebing. Permukaan tebing yang kasar berbatu dan ketinggian yang curam, cukup memacu adrenalin para Olahragawan Panjat Tebing. Banyak para pemanjat, baik yang ahli, maupun yang masih belajar, berlomba untuk mencapai puncak lebih dulu. Bahkan, ada sebagian pemanjat yang tidak menggunakan alat bantu ketika memanjat tebing yang tinggi itu. Para pemanjat terus mencoba setiap sisi tebing yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Dan di atas puncak, banyak Wisatawan yang mengabadikan momen indah itu dengan berfoto-foto. Baik hanya sekedar memfoto pemandangan sekitar, atau foto bersama-sama. Keindahan alam yang mempesona itu, juga tidak luput dari incaran para Fotographer. Objek alam yang natural dan fresh membuat para Fotographer berlomba untuk mencari penampakan yang menarik. Kawasan yang indah, bersih, nan eksotis membuat Curug Bayat menjadi salah satu objek wisata idola para Wisatawan yang suka dengan objek wisata  alam yang masih natural.

FENOMENA POLITIK KEPEMIMPINAN SOEHARTO PADA MASA ORDE BARU



Nama   : Heri Muladi
NIM    : 3101412147
Rombel: 5B

FENOMENA POLITIK KEPEMIMPINAN SOEHARTO PADA MASA ORDE BARU
A.    LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORDE BARU :
Ø  Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
Ø  Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
Ø  Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.
Ø  Terbitnya surat perintah sebelas maret 1996
Masa orde baru merupakan salah satu bentuk peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Orde baru merupakan sebutan pemisah bagi rezim yang berkuasa pada saat itu. Setelah lengsernya Soekarno pada tahun 1960an, terjadi perubahan pada pola hubungan luar negeri Indonesia, yang mana pada masa orde lama terjalin hubungan diplomatik yang kurang baik dengan beberapa negara karena karakter pemimpin dan bangsa begitu kuat dalam pandangan Internasional, apalagi dengan faktor power shift pasca Perang Dingin yang menjadikan politik di masa itu sangat kuat dan tegas ketika berhadapan dengan dunia luar. Dengan menunjukkan power sebagai negara yang kuat, hubungan dengan beberapa negara Asia Tenggara kurang baik, padahal kita sebagai bangsa yang berdaulat membutuhkan interaksi dengan dunia luar dalam segala bidang.
Pada masa pemerintahan Soeharto, Indonesia lebih memfokuskan pada pembangunan sektor ekonomi. Keterikatan pada pola-pola ekonomi maupun politik internasional mempunyai signifikansi yang tinggi untuk memahami dinamika internal yang menjadi faktor determinan dalam mempengaruhi polugri pada masa kepemimpinan Soeharto. Faktor-faktor politik dan ekonomi yang dianggap paling berpengaruh tersebut adalah kondisi domestik, modalitas, struktur dan proses penentuan politik luar negeri, agenda utama, isu-isu domestik yang dominan dan gaya serta pola kepemimpinan politik.
Kepemimpinan Soeharto secara umum mempunyai karakteristik yang berbada dengan pendahulunya. Diparuh pertama kepemimpinannya, dia cenderung adaptif dan low profile. Dan pada paruh terkhir kepemimpinannya, sejak 1983, Soeharto mengubah gaya kepemimpinannya menjadi high profile. Gayanya tersebut mempengaruhi pilihan-pilihan politik luar negerinya, yang pada kenyataannya tidak dapat dilepaskan dari kondisi politik-ekonomi dan keamanan dalam negeri Indonesia. Dengan nilai ingin menyejahterakan bangsa, Soeharto mengambil gaya represif (di dalam negeri) dan akomodatif (di luar negeri). Pada masa Soeharto, politik luar negeri Indonesia cenderung sangat kooperatif dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara Barat. Soerharto cenderung tunduk kepada modal asing yang sangat kuat pengaruhnya terhadap pembangunan negara-negara dunia ketiga. Hal ini yang membuat Indonesia tidak memiliki kedaulatan dan otoritas untuk mengatur bangsa dan negaranya sendiri. Tujuan utama politik luar negeri Soeharto pada awal penerapan New Order (tatanan baru) adalah untuk memobilisasi sumber dana internasional demi membantu rehabilitasi ekonomi negara dan pembangunan, serta untuk menjamin lingkungan regional yang aman yang memudahkan Indonesia untuk berkonsentrasi pada agenda domestiknya. Keberhasilannya dalam hal pembangunan ekonomi, Soeharto mendapatkan gelar Bapak Pembangunan bangsa Indonesia dan beberapa penghargaan internasional.






Perubahan politik yang terjadi selama Kepemimpinan Soeharto pada Masa Orde Baru :
1.      Politik luar negeri Indonesia cenderung sangat kooperatif dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara Barat.
2.      Kondisi politik lebih payah dengan adanya upaya penegakan hukum yang sangat lemah.
Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.
3.      Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.
4.      Penyederhanaan sistim politik dari multipartai jadi 3 partai utama
5.      Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.
6.      Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralistis.
Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara demokrasi.
Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilhan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.

Sumber :
1.      Crouch, Harold.1999. Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
2.      Roeder, O.G.1976. Anak Desa Biografi Presiden Soeharto. Jakarta: PT Gunung Agung
3.      Mustopo dkk, Habib. 2006. Sejarah SMA XII IPS. Jakarta: Yudhistira
4.      Winarno,Budi.2007.Sistem Politik Indonesia Era Reformasi.Yogyakarta:Medpress.
5.      Abar, Ahmad Zaini. 1994. “Kekecewaan Masyarakat dan Kebebasan Pers”. Prisma. Jakarta: LP3ES.
6.      Imawan, Riswandha. 1998. Membedah Politik Orde Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

SEJARAH "KEADAAN PETANI DI KEC.KARANGDOWO MASA ORBA"



BIOGRAFI VETERAN
Nama                           : Ngadimin Darmo Suparto
Tempat,tanggal,lahir   : Klaten,1 Juni 1929
Alamat                                    : Berangkidul RT 17/RW 08 Kupang, Karangdowo
Pendidikan terakhir     : SMP
Agama                         : Islam
Istri                              : Harini (67 tahun)
BIOGRAFI PETANI DI KARANGDOWO
Nama                           : Ny Surip
Tempat,tanggal,lahir   : Klaten, 8 Maret 1940
Alamat                                    : Pugeran RT 03/RW 05 Pugeran, Karangdowo
Pendidikan                  : -
Agama                         : Islam
Biografi singkat narasumber:
Yang menjadi narasumber dalam penelitian sejarah lisan ini merupakan veteran dan saksi sejarah yang telah mengalami peristiwa, mulai dari masa Kolonial, masa pendudukan Jepang, masa Republik hingga masa kini. Nama lengkap dari narasumber adalah Ngadimin Darmo Suparto atau Mbah Min panggilan akrabnya, adalah salah satu orang yang mempunyai andil besar dalam cerita perjuangan bangsa khususnya di wilayah Karangdowo, Klaten. Lahir di Klaten 85 tahun yang lalu, istrinya bernama Harini (67 tahun) dan mempunyai 5 putra. Beliau adalah seorang yang terampil dan ulet dalam menggeluti pekerjaannya. Lulus SMP namun tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena keterbatasan biaya dan situasi Negara yang tidak kondusif semasa itu.
Bapak Ngadimin beserta istrinya begitu gamblang menjelaskan tentang kehidupan masyarakat petani pada masa Orde Baru. Dimulai dari anekdot arti nama Presiden Soekarno dan Soeharto yang menjadi pembeda masa pemerintahan keduanya. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang dirasakan oleh rakyat khususnya rakyat yang ada di kecamatan Karangdowo, kabupaten Klaten. Pekerjaan beliau pada saat itu ialah sebagai kernet yang tugasnya mengantar para pejuang. 
Saat ini beliau masih sangat sehat dan masih begitu ingat beberapa peristiwa sejarah yang dialaminya, walaupun tidak lagi runtut dalam menceritakan kejadian-kejadian tersebut. Bahkan kakek yang berumur 85 tahun ini masih kuat untuk menggarap sawahnya sendiri. Di usia yang sudah tidak begitu muda ini semangat beliau belum habis bahkan masih terbilang berapi-api.
Selain narasumber dari di atas kami juga menanyakan narasumber seorang petani yang merupakan nenek dari peneliti yaitu Heri Muladi. Nenek Heri menjadi narasumber kami dikarenakan salah satu istri pelaku pertanian. Sehingga dia sedikit mengetahui kehidupan masyrakat petani di petani di Karangdowo. Nama lengkap dari narasumber perempuan ini adalah Ny.Surip. Di rumah biasa dipanggil dengan Mbah Surip. Nenek yang lahir pada 74 tahun silam ini tidak bisa pisah dengan yang namanya “nginang”. Beliau adalah seorang petani pada masa orde baru yang saat ini masih hidup. Beliau sudah ditinggalkan suaminya saat beliau berumur 50 tahun. Beliau memiliki 2 anak semuanya laki-laki. Saat ini beliau hidup bersama anaknya yang bernama Kuato dia sudah beristri dan mempunyai 2 anak. Beliau pada saat itu tidak bersekolah karena terkendala biaya. Sampai saat inipun beliau masih sehat, tetapi matanya yang kiri sudah tidak dapat melihat karena sakit (katarak). Ingatan beliau juga sudah kurang tajam, tidak seperti dahulu lagi. Saat beliau menjelaskan tentang gambaran kehidupan petani saat orde baru pun beliau sudah agak sedikit lupa, Setiap ada musim panen Mbah Surip ini selalu “derep” atau membantu ketika memetik padi dengan imbalan berupa padi itu.  Sampai saat inipun beliau juga masih kuat untuk pergi ke sawah walaupun jaraknya cukup jauh dari rumahnya.

Mengetahui Kehidupan Petani Pada Masa Orde Baru di Kec. Karangdowo, Kab. Klaten

Wilayah Karangdowo sendiri sebagian besar berupa areal persawahan. Setiap tahunnya ada musim panen selama 3 kali atau setahun 3 kali garap sawahnya. Rata-rata petani di Karangdowo sendiri pada umumnya menanam padi, tapi tidak jarang juga ada tebu. Sedangkan waktu musim kemarau ditanami palawija yaitu seperti kedelai, kacang brol (kacang tanah), kacang hijau, dan jagung. Setiap akan datangnya musim panen padi, masyarakat Karangdowo sendiri selalu mengadakan “wiwitan” wiwitan itu adalah semacam tradisi turun temurun yang ada di Karangdowo yaitu wujud syukur akan hasil panen yang telah dicapai. Wiwitan itu berupa nasi yang alasnya menggunakan daun pisang dan dilengkapi dengan bunga mawar, buah hasil bumi, sambel kelapa yaitu parutan kelapa serta “gereh” atau ikan asin. Kemudian dibagikan kepada setiap petani yang berada di sekitar sawahnya. Untuk sistim irigasinya berasal dari bendungan kali dan Waduk Gajah Mungkur. Di bagian irigasi ini ada kelompok yang mengurusinya yaitu Dharmo tirto. Biasanya sistim irigasi ini berjalan saat masuk musim kemarau, karena pada saat musim penghujan airnya sangat melimpah bahkan terkadang areal persawahannya kerap mengalami kebanjiran. Tapi semenjak adanya Waduk Gajah Mungkur yang berada di Wonogiri itu, sedikit demi sedikit banjir yang kerap menggenangi areal persawahan warga itu mengalami penurunan yang signifikan.

Wilayah Karangdowo terletak di dataran rendah yang  memiliki luas wilayah 29,23 km dengan jumlah penduduk 40.923 serta memiliki kepadatan 1.400 per km². Sebelah selatan Karangdowo berbatasan dengan Cawas, untuk sebelah timur langsung berbatasan dengan Sukoharjo, kemudian di sebelah barat berbatasan dengan Pedan, sedangkan bagian utara berbatasan dengan Juwiring. Kecamatan Karangdowo memiliki 9 Desa atau Kelurahan antara lain:
  1. Babadan
  2. Bakungan
  3. Bulusan
  4. Demangan
  5. Karangdowo
  6. Karangjoho
  7. Karangtalun
  8. Karangwungu
  9. Kupang
  10. Munggung
  11. Ngolodono
  12. Pugeran
  13. Ringinputih
  14. Sentono
  15. Soka
  16. Tambak
  17. Tegalampel
  18. Tulas
  19. Tumpukan
Dilihat dari kondisi geografisnya wilayah Karangdowo sangat berpotensi akan pertaniannya. Dan hampir semuanya ditanami padi. Namun, disamping itu ekosistem pada lahan pertanian sudah tidak seimbang lagi di mana satu atau beberapa rantai/jaring makanan yang ada dalam ekosistem putus/hilang. Hal ini akibat dari pengelola lahan pertanian yang kurang memerhatikan aspek lingkungan, sehingga beberapa hewan pemakan hama yang berperan menekan perkembangan hama secara alami habis. Hal itu menjadikan adanya peningkatan populasi hama. Tindakan yang kurang bijaksana tersebut misalnya pemakaian pestisida yang berlebihan serta pemburuan terhadap musuh alami, seperti ular, katak, burung dan lain-lain.
Upaya yang dilakukan pemkab Klaten dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pertanian di Klaten. Pemkab mengambil langkah antara lain memperluas area garapan pertanian misalnya, pemanfaatan lahan tidur atau lahan yang berpotensi. Meningkatkan kesediaan air melalui penyempurnaan jaringan irigasi. Selain itu juga pengamanan produksi dengan penerapan pola tanam serentak dan meningkatkan intensitas tanam. Mengamankan produksi.  Perbaikan dalam pembangunan bidang pertanian sudah dilakukan pemerintahan pada masa pemerintahan orde baru. Pada saat sekarang ini pemerintah reformasi hanya meneruskan pemabangunan. Terlepas keadaan pertanianan di Karangdowo pada sekarang ini, kami ingin meneliti bagaimana kehidupan petani di Kecamatan Karangdowo pada jaman Orde Baru yang dengan adanya “Revolusi Hijau” saat pemerintahan Soeharto.

Pemiliihan tema ini dilatar belakangi oleh beberpa hal selain tempatnya yang merupakan daerah sendiri tetapi juga dikarenakan melihat gambar mantan Presiden Soeharto dengan tulisan berbahasa jawa “Piye, Enak Jamanku Tho!!!” artinya bagaimna, enak jaman saya kan!!. berdasarkan gambar dan tulisan inilah yang membuat kami penasaran tentang kehidupan pada masa orde baru terutamnaya di derah Klaten. Terutamnaya yang berkaitan denagan adanya kebijakan di pertanian yaitu adanya “Revolusi Hijau” tadi. Hal inilah membuat kami melakukan penelitian sejarah lisan kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten ini. Dalam penelitian dengan metode wawancara atau metode sejarah lisan ini tidak membahas tentang kehidupan masyarakat petani di kec. Karangdowo kab. Klaten pada masa orde baru.
A.       Bagian pertama
Revolusi Hijau dan Industrialisi bagi Masyarakat Di sekitar Kecamatan Karangdowo pada Masa Orde Baru
Pada jaman Orde Baru banyak orang menganggap jaman yang kelam karena kebebasan  dirampas oleh rezim penguasa. Hal ini tidak bisa dipungkiri dalam realita banyak terkuak bukti-bukti sejarah baru ditemukan tentang penyelewengan sejarah menyembunyikan kebenaran sejarah. Sejarah versi pemerintah banyak lahir pada zaman ini, dengan pemutaran film Janur Kuning memperkuat legitimasi penguasa Orde Baru. Namun pada sekarang ini banyak yang menentangan tentang  sejarah versi pemerintah. Selain para korban maupun para exs anggota  PKI yang menentang juga  para sejarawan. Para anggota dan keturunan mantan anggota PKI tidak diperboleh menjadi pegawai pemerintah pada masa orde baru yaitu pada jaman menteri Amir Mahmud. Bagi ingin mendaftar menjadi pegawai pemerintah harus menyertakan keterangan bebas dari PKI. Dalam penelitian dengan metode wawancara atau metode sejarah lisan ini tidak membahas tentang pergolakan tentang PKI melainkan membahas tentang kehidupan masyarakat petani di kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten pada masa orde baru.
Pembukaan pembahasan dengan mengartikan nama dari   penguasa yaitu presiden Soekarno dan Soeharto.yang dilakukan narasumber bapak Ngadimin Darmo Suparto (85 tahun).  Bapak Ngadimin Darmo Suparto mengartikan nama para Presiden yang menjadi pembeda antara pemerintahan masa orde lama dengan orde baru. Arti nama yang diungkapkan narasumber jaman Soekarno merupakan jaman sukar (sulit = dalam bahasa jawa angel), namun dalam masa Soeharto atau  jaman orde baru dianggap sebagai jaman harto/arto= (bahasa jawa = uang/kekayaan). Kebijakan mengenai pertanian pada masa presiden Soekarno belum mampu meningkatkan produksi pertanian. Hal ini di karenakan pada masa Soekarno diselimuti masa perjuangan dan kehidupan masyarakat belum stabil. Kemudian ketika pemerintahan digantikan Presiden Soeharto, peningkatan produksi pertanian menjadi salah satu tujuan utama dengan program revolusi hijau. Dengan kebijakan Revolusi Hijau inilah, pertanian di kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten mendapatkan dampak yang dapat di rasakan secara nyata.
Pada jaman pemerintahan Soeharto banyak terjadi pembangunan di daerah-daerah, tidak kecuali di kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten. Menurut narasumber Ny Surip, pemerintahan presiden Soeharto banyak  melakukan pembangunan. Diperkuat dengan narasumber Istri Ngadimin Darmo Suparto, yaitu Harini (67 tahun). Pemerintahan orde inilah terjadinya pembangunan dan penyaluran aliran listrik di daerah Karangdowo, selain listrik di Karangdowo juga terjadi pembangunan jalan-jalan dan irigasi. Dalam bidang pertanian yang menjadi prioritas atau tujuan utama pemerintahan orde baru dengan pengunaan kebijakan revolusi hijaunya banyak memberi bantuan pertanian dengan subsidi pupuk dan pestisida serta bibit unggul kapada masyarakat petani.
Menilik sedikit tentang adanya program “Revolusi Hijau”. Revolusi  Hijau di Indonesia di mulai sejak berlakunya UU Agraria pada tahun 1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial  Belanda, sehingga di Indonesia dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman. Dalam perkembangan kemudian , pada masa Orde Baru, program Revolusi  Hijau digunakan  sebagai  salah satu cara untuk meningkatkan produksi  pangan di Indonesia, terutama produksi beras. Revolusi Hijau ini dilaksanakan sebagai secara sistematis, terprogram,  dan terus-menerus sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan Indonesia mampu meningkatkan swasembada pangan yaitu penghasil beras sehingga Presiden Soeharto mendapat penghargaan Nobel (Mustopo, Habib. 2006:167-169).

Usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk meninggatkan swaembada pangan nasional yaitu,
a.      Program  Bimbingan Massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi beras.
Ø  Intensifikasi Pertanian
         Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha Tani yang
meliputi :
a.  
Pemilihan Bibit Unggul
b.  Pengolahan Tanah yang baik
c.  Pemupukan
d. Irigasi    
e. Pemberantasan Hama
.    
Ø  Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian, yaitu  Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb).

Ø  Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para petani. 
   
Ø  Rehabilitasi Pertanian
Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan

Program-program di atas dikembangkan melalui intensifikasi pertanian, yaitu upaya peningkatan produksi per unit dan eksensifikasi, yaitu upaya perluasan areal pertanian. Revolusi Hijau di Indonesia diformulasikan dalam konsep Pancausaha Tani dan Saptausaha Tani.
Pancausaha Tani mamiliki langkah-langkah yaitu:
a.      Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varietas unggul.
b.      Pempukukan yang teratur.
c.       Pengairan yang cukup.
d.      Pemberantasan hama secara intensif.
e.       Teknik penanaman yang lebih teratur.
Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya dilakuan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut:
a.     Intensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan panca usaha tani.
b.      Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan tenak.
c.       Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.
d.      Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemuliha kemampuann daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Sedangkan Saptasausaha Tani memiliki langkah-langkah serupa Pancausaha Tani ditambah pengolahan dan penjualan pascapanen.
Revolusi Hijau di Indonesia memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan bagi masyarakat Indonesia yaitu,
a.      Keuntungan:
1)      Masalah pangan nasional teratasi.
2)      Menenal aneka jenis  tanaman.
3)      Ditemukan bibit unggul.
4)      Keseejahteraan petani makin baik.
5)      Pendapatan petani meningkat.
b.      Kelemahan:
1)     Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengunaan pupuk buatan dan  pestisida hijau secara berlebihan.
2)     Berkurangnya keanekaragaman genetika jenis tanaman tertentu.
3)     Kemampuan daya produksi tanah makin turun.
4)     Timbul urbanisasi.
5)      Pencemaran tanah.
Adapun usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk membatasi kelemahan di atas adalah dengan cara,
1)     Membasmi serangga dan hama tanaman secara biologi.
2)     Menggunakan pupuk buatan, yaitu pupuk kandang dan pupuk hijau.
3)     Menerapkan sistem rotasi tanam, yaitu menanam tanaman secara bergantian.

B.     Bagian Ke Dua
Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisi bagi Masyarakat Di sekitar Kecamatan Karangdowo pada Masa Orde Baru

Kebijakan modernisasi pertanian di Indonesia pada masa Orde Baru, yang sering dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau merupakan proses memodernisasikan pertanian gaya lama menjadi pertanian gaya modern dengan melakukan pengembangan bibit unggul jenis IR dari IRRI. Bibit-bibit unggul ini diberikan dengan harga murah dan juga ada yang gratis. Hal ini telah mengubah pola pertanian subsistensi menuju pertanian berbasis kapital dan komersial. Untuk mendukung komersial tersebut, dilakukan dengan cara pembangunan sistam ekonomi modern, pembangunan pabrik pupuk nasional, dan pendirian Koperasi Unit Desa (KUD). Pelaksanaan Revolusi Hijau dan industrialisasi di Indonesia memberikan dampak positif dan negatif yaitu,

a.      Dampak Positif
1)    Lapangan pekerjaan, khususnya pertanian lebih terbuka.
2)    Lahan pertanian menjadi luas.
3)     Pendapatan para petani mengalami peningkatan, tercapainya efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan pertanian.
4)    Peningkatan kualitas hasil pertanian.
5)    Peningkatan kualitas hasil produksi dan penjualan hasil pertanian.
6)  Kekurangan bahan pangan dapat teratasi. Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri menjadi terpenuhi.

7)     Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke sektor agrobisnis.

8)     Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.

b.      Dampak Negatif
1)     Munculnya kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat perbedaan ekonomi.
2)    Sistem kekerabatan pada masing-masing lapisan masyarakat mulai memudar.
3)    Masyarakat memiliki budaya industri yang berupa budaya konsumtif.
4)     Munculnya kesengajaan ekonomi yang nampak dari adanya kemiskinan, kemelaratan, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan kenakalan remaja.
5)    Pencemaran lingkungan yang tinggi.
6)     Penggunaan pupuk buatan dan pestisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak subur lagi.
7)     Berkurangnya keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.
8)    Adanya mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi terpinggirkan.
9)    Hasil panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan.
10) Munculah komersialisasi produksi pertanian







C.    Bagian Ke Tiga
Kehidupan Petani Pada Masa Orde Baru Di Kec. Karangdowo, Kab. Klaten

Revolusi Hijau bahkan telah mengubah secara drastis hakekat petani. Dalam sejarah peradaban manusia, petani bekerja mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan potensi alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Petani merupakan komunitas mandiri. Dapat dipastikan bahwa Revolusi Hijau hanya menguntungkan para produsen pupuk, pestisida, benih, serta petani bermodal kuat. Revolusi Hijau memang membuat hasil produksi pertanian meningkat, yang dijadikan tolak ukur sebagai salah satu keberhasilan Orde Baru. Namun, di balik itu semua, ada penderitaan kaum petani. Belum lagi kerusakan sistem ekologi pertanian yang kerugiannya tidak dapat dinilai dengan uang. Mitos akan kehebatan Revolusi Hijau lahir karena ditopang oleh teknologi yang dikembangkan dari sistem ilmu pengetahuan modern, mulai dari genetika sampai kimia terapan.

 Pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde Baru tidak hanya itu, tetapi juga pembanguanan prasarna pertanian yaitu dengan pembangunan saluran irigasi dan pembangunan waduk-waduk. Pada wilayah kecamatan Karangdowo juga merasakan pembanguan saluran irigasi dan waduk adalah dibangunya waduk gajah mungkur yang berada di kabupaten Wonogiri. Aliran dari waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri juga sampai ke lahan pertanian kecamatan Karangdowo. Waduk inilah yang menjadi salah satu sumber air pertanian yang ada di Karangdowo. Dengan terdapatnya suplai sumber air dari waduk Gajah Wungkur wilayah pertanian di kecamatan Karangdowo menjadikan lahan pertanian yang lebih produktif, karena pertanian tercukupi kebutuhan airnya. Kehidupan para petani pada masa itu lebih sejahtera dampak yang diakibatkan pengunaan pupuk kimia belum dirasakan oleh para petani.

Pada pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang berada di Wonogiri juga mengunakan tenaga proyek dari masyarakat kecamatan Karangdowo. Perekrutan tenaga pembangunan umum yang dilakukan pemerintah dengan  pembangunan waduk dan saluran irigasi memperlihatkan bentuk kibijakan padat karya yang dilakukan pemerintah. Kehidupan masyarakat dengan adanya padat karya ini lebih sejahtera karena mendapatkan pekerjaan dengan mudah dengan mengikuti program pemerintah ini. Masyarakat kecamatan Karangdowo benar-benar merasakan dampak dari pembangunan waduk dari proses pembangunan sampai setelaah pembangunanya hingga sekarang. Dalam peresmian waduk Gajah Mungkur, Soeharto sendiri yang merismikan dengan menampilakan pertunjukan kesenian wayang kulit dengan dalang Ki Narto Sabdo. Kedekatan Soeharto dengan rakyat diperlihatkan pada masa itu. Sampai saat ini pada masyarakat yang mendapatkan dampak baik dari kebijakan presiden Soeharto masih mengagung-agungkan namanya.

Kehidupan para petani pada masa itu lebih sejahtera dampak yang diakibatkan pengunaan pupuk kimia belum dirasakan oleh para petani. Kesejahteraan ini dikarenakan oleh hasil prouktifitas pertanian yang meningkat namun juga dikarenakan oleh adanya sitem padat karya tadi. Menurut Ngadimin Darmo Suparto (86 tahun) kehidupanya nyaman, petani hanya bekerja ke lahan pertanian, istirahat pulang kerumah dan begitu keseharianya. Masalah pemerintahan pusat sebagian besar masyarakt Karangdowo tidak mengetahui, yang diketahui hanyalah kebutuhan mengarap sawah yang di milikinya. Perhatian pemerintah Orde Baru dalam bidang sangat besar dalam bidang pertanian yang mayoritas kalangan rakyat bawah, menjadikan gejolak di rakyat bawah tidak ada.

Kehidupan Masyarakat kecamatan karangdowo yang mayoritas adalah petani pada masa Orde Baru dengan banyaknya kebijakan dalam bidang pertanian mendapatkan manfaat yang sangat besar. Produksi pertanian di masa orde baru meningkat, dengan tercukupinya kebutuhan pertanian, (pupuk, pestisida, dan bibit unggul) serta perbaikan irigasi. Kesejahteraan masyarakat pada masa Orde Baru dapat dirasakan dengan nyata, yaitu mudahnya mendaapatkan pekerjaan dengan kebijakan padat karya. Secara umum masyarakat petani kecamatan Karangdowo kabupaten Klaten pada masa Orde Baru, menurut narasumber kehidupanya lebih sejahtera. Meskipun begitu dampak negatifnya tetap ada dengan pengunaan pupuk kimia menghilangkan unsur hara dalam tanah.

LAMPIRAN
31 Mei 2014 Brangkidul RT 17/RW 08 Kupang, Karangdowo

Bapak Ngadimin Darmo Suparto(kiri) dan Ibu Harini(kanan)
Wawancara dengan narasumber 31 Mei 2014


Ny. Surip talah salah  satu petani era orde baru